Kisah Sahabat (kisah nyata bro)

Kamis, 25 September 2008

assalammu'laikum, bro!!!!

gw mo crita dikit ne....
ttg pembuatan SIM C
pagi tgl 25 September 2008, gw gi ke POLTABES Pekanbaru....
trus di pintu gerbangna tu kan ada pos tamu harap lapor...
kesana dech gw....
btw.... gw nanya tu ma pak pol....
pagi pak, misi.... mo bwat SIM C ne pak...
bisa.... mo saya bantu.... kata si POL...
bea na RP.350.000,-
OK dah.. kata gw...(karena gw ga mo repot....dgn antrian n bla-bla-bla..na yg lain)

trus si POL minta KTP N PIC 3X4 GW trus di kasih tu KTP n PIC gw ke calo yg dah standby di sana...
sekitar 1 jam-an lah... trus si calo datang n panggil gw...
sini dek... ne berkas (SERTIFIKAT MENGEMUDI N SURAT KETERANGAN SEHAT DARI DOKTER + DUIT RP.75.000,-), ntar kamu ke loket 1 kasih ne berkas.... trus loket2, 3 dan strusnya....

coz, gw ga tau ya kan lom pernah bwt SIM gw ikutin aj tu kata si calo sambil bw tu berkas door to door....
antrian-demi antrian gw ikutin...
n gw baca tu berkas dari loket 1 bhwa bwt SIM baru NTU cuma RP.75.000, n perpanjangan SIM RP.60.000,-.... gila banget tu.. POLISI N calonya ambil untung.... ya kamu itung aja ya ndiri...keuntungan tu pol n c.s na.

abis loket 1, gw masukin tu berkas ke loket 2, trus antri...dah tu di panggil lagi n bw tu berkas ke loket 3 (DILANTAI ATAS BRO ALIAS LANTAI 2)...
trus disana gw ikutan ujian tertulis.... (30 soal multiple choice)... abis tes tertulis
gw disuruh ke loket 5 (loket praktek nyupir)....


trus dalam ati neh bertanya-tanya... klo gw ikutin smua prosedur neh... kan sama aj
gw yg ngurus ndiri........
ngapain gw bayar mahal-mahal 350.000 klo gw ikutin antrian yg panjangna kek tali beruk...

kesel....keselll....

trus gw temuin ntu POL yg didepan yg janji mo ngurus gw...
gw tumpahin tu smua unek-unek...
"PAK klo saya ikutin ne smua prosedur... n antrian yg panjang banget ne...
itu artina sama aja saya yang ngurus ndiri pak...
saya banyak kerjaan pak, ga smpat ngurus yg beginian.....
begini aj dah pak besok saya datang lagi...n smuana dah beres.. gw tinggal ambil aj tu SIM
N ga ikutin tu prosedur n antrian lagi....
ne berkasna pak" kata GW...
trus gw cabut dah pulang....


KESIMPULAN, saran N HIKMAH:

klo mo bwt SIM ga sah deh melalaui perantara ato calo....
kamu-kamu bisa urus aj deh ndiri ke poltabes... bisa2 lo yg ga tau ap2 dikadalin tu ma calo...
kek gw tadi...

klo lo mo ngurus, syaratna gampang SERTIFIKAT MENGEMUDI DARI KURSUS MENGEMUDI, N SURAT KETERANGAN SEHAT DARI DOKTER... (klo sertifikat mengemudi lo tinggal datang aj ntu ke kursus n lo beli aj ma tu orang di kursus paling2 RP.50.000,- AN lah... n klo males lo palsuin aj tu sertifikat, wong untuk syarat doang... ga bakal di cek dah... trus... klo surat sehat... ma puskesmas juga bisa... biasanya rp.10.000 s/d 25.000... ato klo lo males palsuian aj lagi...he..he...he...)

klo syarat lo dah lengkap....
langsung aj lo masukin tu ke LOKET 1 (DISINI lo bayar administrasi bwat SIM C-BARU RP.75.000, klo perpanjangan rp.60.000)
abis tu lo ke loket 2.... (DISINI LO DIKASIH FORMULIR BWT NGISI APLIKASI SIM-C..... ingat jgn lupa bw pena....)
abis lo isi tu trus lo ke loket 3 (DISINI ISIAN FORMULIR LO DI CEK LAGI, KLO DAH BENAR LO DISURUH KE LOKET 4... DI LANTAI 2)
DI LOKET 4 BERKAS NTU DIKASIH KE PETUGAS DISANA (DISINI LO UJIAN TERTULIS TTG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, N KLO LO LULUS...ENG..ING.ENGGGG..)
LO disuruh ke loket 5... (disini lo ujian praktek naik spd.motor.... UJIANNA CUMA MUTER-MUTER LAPANGAN DOANG KOK)
klo dah lulus di loket 5... trus lo disuruh ke loket 6... bwt diambil foto,n sidik jari... trus....
SELESAI DAH... SIM-C LO...

GAMPANG KAN.....


Dikirim Oleh :
Mas NN.Hadi
25/09/08 at 3:17 PM

Jangan Buka Puasa Dengan Yang Manis

Senin, 15 September 2008

Rabu, 10-09-2008 13:46:21 oleh: Ritapunto
Kanal: Opini

"Jangan berbuka shaum dengan yang 'Manis'

judul email yang dikirim seorang teman tadi pagi, kemungkinan email ini merupakan copy paste dari blog tetangganya, kalau isinya saya sadurkan untuk dibaca wikimuers, tentunya hanya opini yang konstruktiflah yang ingin saya dengar...karena ini berhubungan langsung dengan kebiasaan kita setiap Ramadhan "Berbukalah dengan yang manis"

Kira-kira begini isinya:

Hari ini Ramadhan, sering kita dengar kalimat 'Berbuka' shaum dengan makanan atau minuman yang manis,' katanya. Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?

Dari Anas bin Malik ia berkata : "Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab' (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)

Nabi Muhammad Saw berkata : "Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci."

Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka shaum dengan air.

"Samakah kurma dengan 'yang manis-manis' ?

Tidak.!! Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate) ."

Sebaliknya,
Gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate) .

Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis?

Tidak jelas. Malah berkembang jadi waham umum di masyarakat, seakan-akan berbuka dengan makanan atau minuman yang manis adalah 'sunnah Nabi'.

Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka dengan makanan manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan.

Sependek ingatan saya, Rasulullah mencontohkan buka shaum dengan kurma atau air putih, bukan yang manis-manis.

"Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis."

Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, sehingga tidak menggemukkan. Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa 'manisan kurma', bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.

"Kenapa berbuka shaum dengan yang manis justru merusak kesehatan?"

Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu.

Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.

Mari kita bicara 'indeks glikemik' (glycemic index/GI) saja. Glycemic Index(GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu diubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.

Para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka.

Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya) , sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak.

Saya pernah bertanya tentang hal ini kepada seorang sufi yang diberi Allah 'ilmu tentang urusan kesehatan jasad manusia.. Kata Beliau, "bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa".. Jangan pernah makan yang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban beliau.

Kenapa bukan kurma?

Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di Indonesia adalah 'manisan kurma', bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya sudah jauh berlipat-lipat banyaknya.

"Kenapa nasi?

Lha, nasi adalah karbohidrat kompleks." Perlu waktu untuk diproses dalam tubuh, sehingga respon insulin dalam tubuh juga tidak melonjak. Karena respon insulin tidak tinggi, maka kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah.

Inilah sebabnya, banyak sekali orang di bulan shaum yang justru lemaknya bertambah, di daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, pantat, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa.

Pantas, saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah makin terlihat seperti 'buah pir', penuh lemak di daerah pinggang. Karena waham umum masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah 'sunnah', maka shaum bukannya malah menyehatkan kita.

Banyak orang di bulan shaum justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru tambah gemuk karena kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas, maka efeknya 'rajin shaum= rajin berbuka dengan gula..'

Nah, saya kira, "berbukalah dengan yang manis-manis" itu adalah kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa atas hadits tentang berbuka di atas. Karena kurma rasanya manis, maka muncul anggapan bahwa (disunahkan) berbuka harus dengan yang manis-manis. Pada akhirny kesimpulan ini menjadi waham dan memunculkan budaya berbuka shaumyang keliru di tengah masyarakat. Yang jelas, 'berbukalah dengan yang manis' itu disosialisasikan oleh slogan advertising banyak sekali perusahaan makanan di bulan suci Ramadhan.

Namun demikian, sekiranya ada di antara para sahabat yang menemukan hadits yang jelas bahwa Rasulullah memang memerintahkan berbuka dengan yang manis-manis, mohon ditulis di komentar di bawah, ya. Saya, mungkin juga para sahabat yang lain, ingin sekali tahu.

Semoga tidak termakan waham umum 'berbukalah dengan yang manis'. Atau lebih baik lagi, jangan mudah termakan waham umum tentang agama. Periksa dulu kebenarannya.

Kalau ingin sehat, ikuti saja kata Rasulullah:


"Makanlah hanya ketika lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang." Juga, isi sepertiga perut dengan makanan, sepertiga lagi air, dan sepertiga sisanya biarkan kosong.

"Kita (Kaum Muslimin) adalah suatu kaum yang bila telah merasa lapar barulah makan, dan apabila makan tidak hingga kenyang," kata Rasulullah."

"Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya."

(HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang bersumber dari Miqdam bin Ma'di Kasib)

Semoga bermanfaat..

-----

Demikian wikimuers isi emailnya, karena saya juga yg termasuk selalu berbuka dengan kurma manis (saya pernah makan kurma ajwa' tapi rasanya hambar tidak semanis kurma Tanah Abang), makanya mungkin ada ahli gizi di antara wikimuers yang bisa memberikan komentar atau ada wikimuers yang pernah dengar hadist yang sanadnya "SHOHIH" tentang anjuran berbuka dengan yang manis. Buat saya penting lho..secara saya wanita dan penggemar kurma, tiap hari saya minum jus kurma botolan (Ruthab merk EXER), dengan begitu aktifitas saya lancar walaupun telat makan.

ditunggu ya info dan komentarnya..

Genggam Tanganku

Sabtu, 13 September 2008

Ada seorang gadis kecil bernama Elina. Suatu hari Elina diajak ayahnya berjalan-jalan. Di tengah perjalanan, mereka harus melalui sebuah jembatan kecil di atas sebuah sungai. Ayah Elina sedikit khawatir. Ia berkata pada Elina, “Elina, ayo genggam tangan Papa. Biar kamu tidak jatuh ke sungai.” “Tidak,” tolak Elina. “Seharusnya, Papa yang menggenggam tanganku”. “Lho, memang apa bedanya?” tanya ayahnya bingung. “Berbeda sekali, Papa. Jika aku yang menggenggam tangan Papa dan terjadi sesuatu pada diriku, bisa saja genggamanku terlepas. Tapi, jika Papa yang menggenggam tanganku, apapun yang terjadi, aku yakin Papa tidak akan melepaskan genggaman Papa padaku,” jawab Elina. Ayah Elina sangat terkejut mendengar jawaban dari anaknya. Setelah dipikirkan kembali, ia merasa apa yang dikatakan oleh anaknya sangat benar. Jadi, ia menggenggam tangan anaknya dengan penuh kasih untuk menyeberangi jembatan itu. Apa arti cerita ini? Kepercayaan tidak sekedar mengikatkan diri satu sama lain. Namun, kepercayaan harus bisa saling mempersatukan. Jadi, genggamlah tangan orang yang kita sayangi, daripada mengharapkan orang itu menggenggam tangan kita

Burung Gagak

Pada suatu petang, seorang ayah bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon di depan rumah. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu?" "Burung gagak", jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan suara agak keras, "Itu burung gagak, Ayah!" Tetapi tak lama kemudian si ayah bertanya lagi soal yang sama. Si anak merasa agak bosan ditanya persoalan yang sama berulang-ulang, lalu menjawab dengan suara lebih keras, "BURUNG GAGAK!" Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada ayahnya, "Gagak lah, Ayah......." . Tetapi kali ini, lelaki tua itu kembali menanyakan hal yang sama. Anak muda itu benar-benar hilang kesabaran dan marah. "Ayah, saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mau saya katakan. Itu burung gagak, burung gagak, Ayah.....", kata si anak dengan nada tinggi. Melihat kemarahan anaknya, lelaki tua itu masuk ke dalam rumah meninggalkan anaknya yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan tertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah buku diary lama. "Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diary itu," pinta si ayah. Si anak setuju dan membaca catatan ayahnya, hingga sampai di paragraf "Hari ini aku di halaman menemani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?" Dan aku menjawab, "burung gagak". Walau bagaimanapun, anak ku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangku padanya, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga." Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah ayahnya yang kelihatan sayu. Lelaki tua itu dengan perlahan bersuara, "hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah hilang sabar serta marah."

Jangan Ragu Ucapkan Cinta

Bila Anda mencintai seseorang, pastikan dia tahu... POHON Orang-orang memanggilku "Pohon" karena Aku sangat baik dalam menggambar pohon. Aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 kali, tapi hanya ada satu wanita yang benar-benar sangat kucintai. Dia tidak cantik, tidak memiliki tubuh seksi. Tapi, dia sangat peduli dengan orang lain, religius. Gayanya yang sederhana dan apa adanya, kemandiriannya, kepandaiannya, dan kekuatannya. Aku menyukainya, sangat! Satu-satunya alasanku tidak mengajaknya kencan karena, aku merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku takut, jika kami bersama, semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Karena itu, aku memilihnya untuk hanya menjadi "sahabat". Menjadi sahabatnya, aku akan bisa 'memiliki'nya tiada batasnya. Tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.

Selama tiga tahun terakhir, dia selalu menemaniku dalam berbagai kesempatan, sebagai sahabat. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain. Ketika dia melihatku mencium pacarku yang ke-2, dia hanya tersenyum dengan berwajah merah. "Lanjutkan saja," katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis. Aku pun berusaha membuatnya tertawa dengan mengajaknya bercanda sepanjang hari. Kali lainnya, di sebuah sudut ruang dia menangis. Hampir 1 jam kulihat dia menangis. Aku paham betul apa penyebabnya. Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Mereka berdua perang dingin. Aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin, tapi Aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya dia masih bisa tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia. Aku juga sedih.

Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku.. Aku bercerita bahwa aku telah memutuskan hubungan dengan pacarku. Sementara, dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat, dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak. Dan, aku menangis! Handphoneku bergetar, ada SMS masuk. "DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?" DAUN Aku suka mengoleksi daun-daun, karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk bisa meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali. Selama tiga tahun aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi "sahabat". Ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya: cemburu. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembir anya. Aku menyukainya dan aku juga tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak pernah mengatakannya? Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku sedih. Waktu terus berjalan, hatiku semakin sedih dan kecewa. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi, mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekadar seorang teman? Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya, kebiasaannya, tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa kupahami. Kadang aku merasa bodoh, karena aku juga berkeras tidak mau mengungkapkan perasaanku. Selain alasan itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemani, dan mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku.. Aku selalu menunggu telponnya setiap malam, dan mengharapkan SMS darinya. Aku tahu, sesibuk apapun dia, pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu aku selalu menunggunya. Tiga tahun berlalu, dan aku mulai merasa lelah. Akhir tahun ketiga, seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku. Aku mulai berpikir, mungkinkah aku bisa memberikan sebuah ruang kecil di hatiku untuknya? Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Aku tahu Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Meski berat, akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku. "DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"
ANGIN Aku menyukai seorang gadis bernama Daun. Tapi, dia sangat bergantung pada Pohon, sehingga aku harus menjadi 'Angin' yang kuat agar bisa meniupnya hingga terbang jauh dari pohon. Aku selalu memperhatikan Daun duduk sendirian atau bersama teman-temannya, memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya. Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat Pohon. Satu hari saja tak kulihat dia, aku merasa sangat kehilangan. Di sudut ruang, kulihat Pohon sedang memperhatikan Daun. Air mengalir di mata Daun ketika Pohon pergi. Esoknya, kulihat Daun di tempatnya yang biasa, sedang memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Kuambil secarik kertas, kutulisi dan kuberikan padanya. Dia sangat kaget. Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas dariku. Esoknya, dia datang menghampiriku dan memberikan kembali kertas itu. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi. Daun tidak mau meninggalkan Pohon Bertahun berlalu, aku kembali menghampirinya dengan kata-kata yang sama. Meski sangat pelan, akhirnya dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Selama empat bulan, aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Hampir setiap kali dia mengalihkan pembicaraan, tapi aku tidak menyerah. Keputusanku bulat, aku ingin memilikinya. Suatu hari, dia bilang bahwa dia memberikan kesempatan untukku. "Ah?" Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Aku menengadahkan kepalaku dan berusaha memastikan perkatannya. Dia berteriak dan mengatakannya kembali. Kuletakkan telpon, melompat, berlari seribu langkah ke rumahnya. Dia membuka pintu bagiku. Kupeluk erat-erat tubuhnya. "DAUN terbang karena tiupan ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"

Kesabaran Seorang Resepsionis

Beberapa bulan yang lalu di meja pemesanan kamar hotel, saya melihat suatu kejadian yang sangat mengesankan: betapa sulitnya menjadi resepsionis. Saat itu sekitar pukul lima sore, petugas resepsionis hotel sibuk mendaftar tamu-tamu baru. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja dengan nada memerintah. Laki-laki berwajah sumringah itu pun berkata, "Baik, Bapak, kami sediakan satu kamar single untuk Anda.” “Single?” bentak orang itu, “saya memesan double!” Pegawai hotel tersebut berkata dengan sopan, “coba saya periksa sebentar.” Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, “Maaf, Bapak, telegram Anda menyebutkan single. Saya akan senang sek ali menempatkan Anda di kamar double kalau memang ada. Tetapi semua kamar double sudah penuh.” Tamu yang berang itu berkata, “Saya tidak peduli apa bunyi kertas itu, saya mau kamar double!” Kemudian ia mulai bersikap 'kamu-tahu-siapa-saya', diikuti dengan “saya akan usahakan agar kamu dipecat. Kamu lihat nanti. Saya akan buat kamu dipecat.” Di bawah serangan gencar, pegawai muda tersebut menyela, “kami menyesal sekali tidak bisa memenuhi permintaan Bapak, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda.” Akhirnya, sang tamu yang terbakar amarah itu berkata, “saya tidak akan mau tinggal di kamar yang terbagus di hotel ini sekarang. Manajemennya benar-benar buruk!” Dan ia pun kelu ar. Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir si pegawai pasti masih memasang wajah masam setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut saya dengan salam yang ramah sekali “Selamat malam, Bapak.” Ketika ia mengerjakan tugas rutin yang biasa dalam mengatur kamar untuk saya, saya berkata kepadanya, “saya mengagumi cara Anda mengendalikan diri tadi. Anda benar-benar sabar.” “Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan kemarahannya. Orang yang malang tadi mungkin baru saja ribut dengan istrinya, atau bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia merasa rendah diri, dan in i adalah peluang emasnya untuk melampiaskan kekesalannya.” Pegawai tadi menambahkan, “pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.” Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataannya, “pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.” Ingat dua kalimat itu kalau ada orang yang menyatakan perang pada Anda. Jangan membalas. Cara untuk menang dalam situasi seperti ini adalah membiarkan orang tersebut melepaskan amarahnya, dan kemudian lupakan saja.

Ada Apa di Balik Senyumnya?

Hai, para lelaki, jangan dulu terlalu berangan tinggi saat bertemu dengan perempuan yang bersikap manis saat mengobrol dengan Anda. Perempuan adalah makhluk misterius, dan paling jago berakting dalam urusan cinta. Ia barangkali tidak suka dengan Anda, namun tak menolak saat diajak bicara. Para lelaki seringkali salah mengartikan sikap tubuh perempuan yang manis saat mengobrol sebagai tanda ia tertarik untuk melanjutkan hubungan ke tahap berikutnya. Jangan terburu-buru! Pada dasarnya, perempuan selalu mau diajak mengobrol asalkan Anda melakukannya dengan sopan dan tidak berlebih-lebihan. Selama Anda bersikap sopan, perempuan tak akan kuasa menolak diajak mengobrol. Tapi hanya sebatas itu saja, tidak lebih. Perempuan tak pernah mengirimkan sinyal penolakan secara jelas, demikian kesimpulan para peneliti di Vienna Ludwig Boltzman Institute yang diterbitkan dalam jurnal Evolution and Human Behavior.

Ya, mereka akan terlihat santai, tertawa-tawa, tersenyum sambil megotak-atik rambut saat mengobrol dengan lelaki. Itu bukan tanda ketertarikan, melainkan hanya tanda ia merasa nyaman lama-lama bicara. Meski demikian, Anda boleh sedikit berharap, setidaknya ia mau bicara lagi dengan Anda di lain kesempatan. Semakin lama, kesempatan Anda semakin besar untuk mendapatkan hatinya. Saat pertama berkenalan, jangan terlalu berlebihan. Perempuan paling sebal dengan laki-laki yang sombon g. Juga laki-laki yang bersikap lancang atau kurangajar. Mereka tak segan meninggalkan laki-laki tipe seperti itu hanya dalam 10 menit pertama perkenalan saja!

Perempuan Idaman Versi Ku

Melajang memang menyenangkan, tidak ada yang mengatur-atur, tidak ada yang cerewet, tak pulang ke rumah pun tak ada yang menunggu. Namun, menjalani hubungan yang serius, atau menikah, dengan perempuan yang tepat, jauh lebih menyenangkan. Siapapun orangnya, pada dasarnya membutuhkan kemapanan. Berumahtangga, merupakan salah satu caranya. Namun bagaimana mengetahui bahwa ia perempuan yang tepat untuk Anda?

1. Mandiri Perempuan manja tentu akan membuat Anda serasa menjadi pahlawan baginya, namun, bila ia benar-benar sangat tergantung kepada Anda dan bahkan tak bisa 'hidup' tanpa Anda, sebaiknya Anda segera menjauh darinya. Anda, tentu tak mau terus menerus menjadi 'pengasuh'nya, bukan? Bila saat ini Anda memiliki pasangan yang mandiri, secara emosi dan finansial, dan mampu menikmati harinya tanpa Anda--namun tetap merindukan kehadiran Anda tentunya, Anda bisa mempertimbangkannya menjadi istri.

2. Cerdas Anda pasti suka melihat perempuan cantik yang berdandan menarik. Namun saya jamin, ketertarikan itu akan segera lenyap saat melihat tatapan kosongnya saat Anda mengajaknya bicara. Memilih istri berbeda dengan memilih teman kencan. Karena istri akan menemani Anda sepanjang hari, sepanjang hidup, Anda butuh tipe istri yang mampu diajak berdiskusi, mampu berpikir, dan rasional. Bukan hanya miss matching yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk memikirkan dandanan

3. Cantik Cantik, tak berarti harus berwajah sempurna dengan bentuk badan bak supermodel. Anda bisa menentukan kriteria sendiri. Yang pasti, Anda tak ragu membawanya ke pesta dan mengenalkannya kepada kawan-kawan Anda.

4. Seksi Seksi, dalam arti ia dan Anda memiliki ketertarikan seksual yang seimbang. Tak perlu diungkapkan secara vulgar, tetapi, paling tidak, Anda merasa bisa mengungkapkan keinginan dan fantasi seksual Anda tanpa ragu. Sesekali, ajaklah dia berbincang mengenai hal ini. Bila memang cocok, mengapa tidak disahkan saja?

5. Menghargai Anda Perempuan yang layak dijadikan istri adalah perempuan yang mampu menghargai suaminya; mau mendengarkan, meskipun tidak selalu setuju. dengan pendapat Anda. Ia boleh saja berpendapat lain, namun dia mampu mengkomunikansikannya, dan bersama Anda, mencoba mencari jalan tengah.

6. Membiarkan Anda menjadi laki-laki Jangan pernah terlibat jauh dengan perempuan yang berusaha mengubah Anda menjadi 'teman'nya. Perempuan yang hebat adalah ia yang mau mengerti, dan membiarkan Anda seperti adanya, tidak berusaha mengubah Anda sesuai keinginannya. Ia akan membiarkan Anda bergaul dengan teman-teman geng Anda, tanpa berusaha mengusik dengan mengajak Anda berbelanja, misalnya. Namun, jangan berharap ia akan bersikap toleran seperti ini bila Anda juga tidak membiarkannya berkumpul dengan teman-teman perempuannya.

7. Tidak pendendam Boleh saja berkonflik, berdebat, namun tidak berarti menutup peluang kompromi. Setiap hubungan tetntu tak akan mulus selamanya, konflik adalah hal wajar, tergantung bagaimana mengatasinya. Bila ia mampu melupakan apa yang sudah diselesaikan, Anda bisa berharap banyak. Namun bila ia tipe pendendam yang suka mengungkt-ungkit kesalahan masa lalu, silakan tinggalkan dia sekarang juga!

8. Bergaul dengan teman dan keluarga Calon istri yang baik tidak hanya mau membantu ibu Anda di dapur, mendengarkan ayah Anda bercerita, dan bergaul dengan teman-teman Anda, tapi, dia memang senang melakukannya. Dia akan selalu berusaha menikmati berada di lingkungan Anda, dan tidak berusaha menarik Anda dari kehidupan yang Anda miliki, selain kehidupan bersamanya.

9. Mencintai Anda Bila Anda telah menemukan perempuan yang benar-benar mencintai Anda, jangan lepaskan dia. Mungkin dia tak sempurna, dan punya beberapa kebiasaan jelek yang membuat Anda jengkel, tapi dia selalu punya cara menghibur dan menghilangkan kekesalan Anda. Dia pun selalu memperlakukan Anda dengan baik, dan perhatian kepada Anda. Lihatlah di matanya, apakah dia selalu antusias setiap kali bertemu dengan Anda?

10. Dia membuat Anda jadi lebih baik Tanpa merasa terpaksa, Anda menjadi pribadi yang lebih baik dalam memperlakukan teman dan keluarga. Ya, Anda terpengaruh oleh sikapnya yang selalu bisa menyenangkan orang lain , dan tak egois. Bila dia juga mampu membuat Anda jadi lebih bertanggungjawab dan teratur mengatur keuangan, hm, dia memang betul-betul perempuan yang cocok untuk Anda. Tak perlu ragu lagi, segera nikahi dia!

Tak Ada Bandit di Kota Ini

KEDUANYA tak terlalu mirip sebagaimana Tuan Huntelaar menghapalnya: si abang, Siman, berperawakan kekar dengan muka ditumbuhi berewok lebat; Misan si adik bertubuh ceking dengan dagu dan pipi licin, hanya ada kumis tipis serupa lugut melekat di bibir atasnya. Kesamaannya: bentuk mata yang bulat seperti mata celepuk dan hidung tumpul. Di kepala mereka juga melingkar destar hitam. Tentu saja, keduanya memiliki kegemaran serupa: merampok harta orang. Tan Hap Pon, pemilik penggilingan tebu, tahu betul rasanya kehilangan harta karena dirampok mereka. Emas dan intan dan uang dan berkarung-karung padi di lumbung, seluruh hartanya lebih dari f 1.500, raib dibawa pergi. Untunglah ia punya rumah dan penggilingan tebu dan delapan ekor babi di kandang tak habis dibakar mereka.

Di kota lain, pada lain tempo, para bandit bahkan tak segan pula merampok nyawa pemilik rumah yang disinggahi. ”Tuan, semalam saya dirampok,” adu Hap Pon tergopoh-gopoh kepada Tuan Huntelaar. Sebagai schout, dalam bulan-bulan belakangan ini, Tuan Huntelaar kelabakan menerima pengaduan hartawan yang kekayaannya dirampok. Untuk menenangkan mereka, ia berjanji akan menangkap Siman dan Misan sesegera mungkin. Meski dalam hati, ia tahu itu nyaris mustahil. Huntelaar bukan orang yang percaya klenik. Tapi suatu kali ia pernah menyaksikan kedua bandit itu kabur dari kepungan serdadu polisi serupa hantu melenyapkan diri. Berkarung-karung padi yang diambil dari lumbung Hap Pon betul hanya dipanggul dua orang, Siman dan Misan itu, tak ada anak buah yang membantu mereka. ”Demi Langit, saya melihat dengan mata kepala sendiri,” ujar Hap Pon. Di tengah ketakberdayaan, ia menyaksikan kedua bandit itu masing-masing memanggul lebih dari tiga karung padi di punggung, selain menenteng kotak perhiasan dan uang. Rasanya sukar dipercaya apa yang dikatakan Hap Pon itu, tapi istri dan anaknya berkata serupa. Itu menambah daftar kesaksian korban yang tak pernah melihat orang lain selain keduanya pada saat perampokan terjadi.

Bagaimanapun mereka sangat tangguh. Selain ilmu halimunan, pikir Huntelaar, dua kecu itu juga punya tenaga sekuat badak. Tuan Huntelaar memang sudah membikin penyelidikan, mencari tahu di mana dua bandit bersaudara itu sembunyi. Ia sudah menyebar mata-matanya hingga bilangan Bogor dan Batavia. Polisi bahkan sudah menjanjikan ganjaran f 400 untuk satu kepala bandit itu, f 800 untuk dua kepala, bagi siapa-siapa yang berhasil menangkap mereka hidup atau mati. Tapi uang sebanyak itu tak membikin penduduk tergiur. Ia menduga para penduduk sudah diancam dihilangkan nyawanya seandainya membocorkan tempat persembunyian mereka. *** TAK banyak yang diketahui orang tentang asal usul keduanya. Orang hanya tahu, sebagaimana tertulis di laporan penyelidikan Huntelaar, mereka datang dari sekitaran Banten, singgah di kota pada awal masa budi daya tanaman dikenalkan Tuan Besar van den Bosch. Usia mereka masih belasan waktu itu, menggelandang di kota dengan bercelana rombeng yang pada pinggangnya diikat tali rami dan dada telanjang menantang cuaca. Tak ada catatan siapa orang tua mereka. Seorang hartawan Tionghoa menerima mereka sebagai sebagai tukang kuda. Jemu dengan pekerjaannya, si abang, Siman, mengganti pekerjaan sebagai jongos pada tuan-tuan Belanda, sedangkan Misan pindah bekerja di toko seorang Arab, sebelum akhirnya terdampar jadi tukang kebun di rumah Tuan Kramer, seorang tuan tanah. Di rumah itulah kemudian terjadi dua kasus pembunuhan yang berselang sehari. Seorang babu Tuan Kramer, namanya Halimah, membikin Misan jatuh hati. Tahu kedua babunya saling menaruh hati, Tuan Kramer amat murka. Selidik punya selidik ia cemburu pada Misan. Tuan Kramer memang punya anak dan istri yang cantik. Tapi sudah lama ia punya niat menjadikan Halimah sebagai nyai. Dipanggang oleh rasa cemburu, ia membunuh Halimah dengan cara yang kejam dan melimpahkan dosa itu kepada Misan. Lelaki ceking itu segera menghilang entah ke mana, tapi kembali secara diam-diam dua hari kemudian dan menghabisi nyawa Tuan Kramer. Polisi menduga, malam saat para babu dan jongos sudah terlelap, Misan dibantu Siman menyelinap ke kamar Tuan Kramer yang tidur sendirian, ditinggal Nyonya Kramer dan anak perempuan yang pergi ke Batavia untuk menenangkan diri. ”Ia dipenggal dengan golok. Barangkali golok yang sudah diasah seharian,” ungkap polisi. Pembunuhan itu terjadi kira-kira enam tahun sejak mereka kali pertama terdampar di kota. Selepas kasus yang menghebohkan itu, polisi segera memburu keduanya. Tuan Huntelaar mencatat kasus tersebut sebagai kejahatan pertama mereka dan ia yakin bahwa lebih banyak lagi pembunuhan yang mereka lakukan. Tapi orang-orang percaya, Siman dan Misan tak pernah lagi membunuh selepas kejadian itu, sebagaimana mereka percaya keduanya adalah dewa penolong mereka. ***

MEREKA kembali ke kota belum ada setahun setelah nyaris delapan tahun tak pernah terlihat dan kasus pembunuhan terhadap Tuan Kramer mulai dilupakan. Seorang mandor di perkebunan nila yang mula-mula melaporkannya. ”Ada dua orang bandit merampok harta saya. Perawakannya yang satu kekar, satunya lagi kurus. Mereka tak memakai tutup muka, bahkan terang-terangan menyebutkan nama,” kata lelaki itu. ”Siman dan Misan.” Berita itu menyebar secepat kuda berlari. Sudah lama tak ada kasus perampokan di kota ini. Kasus terakhir terjadi pada zaman Tuan Besar van der Capellen menjabat Gubernur Jenderal. Polisi segera memburu Siman dan Misan, tapi perampokan demi perampokan terjadi lebih gencar lagi seolah polisi tak benar-benar ada. Bahkan setelah kedua bandit itu nyaris tertangkap suatu kali, mereka tetap tak kapok, justru melakukan olok-olok dengan menyatroni rumah Tuan Huntelaar. Dalam pengepungan itulah Huntelaar melihat mereka menghilang serupa hantu. Mereka yang dirampok adalah para pengawas perkebunan dan para hartawan dan tuan tanah dan para pejabat pribumi dan para serdadu polisi, termasuk dirinya. Semuanya ada enam belas kasus. ”Sungguh aneh. Setiap kali terjadi perampokan, orang-orang kecil justru bahagia,” kata Huntelaar pada dirinya sendiri. ”Begitu bahagia hingga tanah garapan mereka terbengkalai.” ***

DI kantornya, Tuan Huntelaar tampak termangu-mangu menyimak laporan penyelidikan anak buahnya. Ia kini tahu mengapa orang-orang kecil melindungi dua bandit yang menjengkelkan itu. Perkebunan nila telah menyita waktu dan tenaga mereka untuk menggarap tanah sendiri. Ia dengar di Cirebon kelaparan bahkan mulai menyerang. Di sini, ia menduga, para penduduk dapat beroleh makan dan membayar pajak dari harta rampokan kedua bandit itu. Sudah bukan rahasia umum para pengawas perkebunan dan para tuan tanah dan para bekel bukanlah orang yang terpuji. Barangkali dua bandit itu berpikir mereka patut dirampok, pikir Huntelaar. Sementara para hartawan tidak semua jadi korban. Hanya mereka yang kikir saja yang jadi sasaran. Serdadu polisi? Huntelaar menyeringai kecut. Tapi tiba-tiba ia sadar, ternyata di antara semua kasus perampokan tak ada satu pun korban yang sampai mati terbunuh. Ia mulai mencari-cari nama, menduga-duga siapa korban dua bandit itu selanjutnya. Rasa-rasanya semua hartawan dan tuan tanah pernah dirampok mereka. Mungkinkah perampokan pada korban yang sama terulang dua kali? Dari semua kasus perampokan, tak tercatat Siman dan Misan mendatangi korbannya dua kali. Pasti korban baru, tapi siapa? Huntelaar berpikir keras. Seorang hartawan yang tak pernah kena rampok adalah Babah A Tjip. Ia seakan tak tersentuh oleh Siman dan Misan. Itu membuat Tuan Huntelaar curiga. Bukan tidak mungkin Babah A Tjip akan jadi korban berikutnya. Namun sebentar saja ia menaruh prasangka mengingat Babah A Tjip tersohor sebagai orang ramah dan dermawan Betul ia pemilik pondok opium, tapi ia juga membagikan angpau kepada mereka yang papa pada saat Imlek. Babah A Tjip, pikir Huntelaar, tak cocok untuk jadi korban mereka. Jangan-jangan.... Ah, tidak mungkin, pikirnya. Rumah Kanjeng Regent terlampau ketat dijaga. Apalagi sejak banyak terjadi kasus perampokan belakangan ini. Jangankan manusia, binatang sekecil ujung jari pun akan ketahuan seandainya menyelinap ke rumah itu.

Hampir dua minggu kemudian apa yang sempat diduga betul-betul terjadi. Kanjeng Regent sendiri menyaksikan kedua bandit itu mengobrak-abrik lemari tempat menyimpan barang-barang berharga dan menggondol semua benda itu. Ia hanya terkesima, begitu juga para penjaga dan para babu. Semua menatap Siman dan Misan yang tak bersenjata dengan perasaan campur aduk, antara ingin menangkap tapi tak berdaya, dan terpesona oleh cara-cara mereka merampok. Tak ada kekerasan sebagaimana kasus-kasus sebelumnya. Saat semua tersadar dari sirap itu, Siman dan Misan sudah menghilang pada malam yang gulita. Kejadian tersebut sungguh menampar muka Kanjeng Regent. Dengan marah-marah Kanjeng Regent meminta dirinya cepat meringkus kedua bandit itu. Ia tahu jabatannya sedang dipertaruhkan sebab para pejabat berpangkat besar di Batavia pun meminta demikian. Satu-satunya cara untuk meringkus kedua bandit itu adalah menemukan tempat persembunyiannya. Tapi di mana? Hutan-hutan di pinggiran kota terlampau luas. Atau, jangan-jangan, mereka tak bersembunyi di hutan tapi di salah satu rumah di kota, atau di Batavia, atau di Bogor. Dengan menyaru menjadi orang lain hal itu bisa saja dilakukan.

Melalui seorang mata-matanya, Huntelaar akhirnya tahu bahwa Babah A Tjip memesan banyak opium Bengal pada seorang syahbandar setiap kali perampokan terjadi. Otak lelaki itu segera berputar. Dengan uang melimpah, seseorang bisa dengan gampang mengisap candu semudah menghirup udara. Ia sendiri yang kemudian mendatangi Babah A Tjip untuk menyelidiki dua kejadian yang tampak berhubungan itu. ”Tuan, saya tak mengenal kedua bandit itu,” Babah A Tjip menolak mati-matian tudingan Tuan Huntelaar ”Mereka tak pernah kemari. Seandainya kemari, mereka pasti akan menjarah seluruh persediaan candu sejak dulu.” Nyatanya, Tuan Huntelaar bukanlah orang yang mudah percaya omongan orang. Ia telah belajar bahwa dirinya salah ketika menuduh Siman dan Misan melakukan banyak pembunuhan. Mereka hanya merampok, tak pernah berbuat kejam pada korban mereka. Untuk bandit baik hati yang banyak menolong orang kecil, rasa-rasanya sukar dipercaya jika mereka merampok seseorang yang selama ini berjasa kepada mereka. ”Baiklah jika kau ingin pondok opiummu ditutup dan kau masuk bui,” ancam Tuan Huntelaar halus. Kini ia tahu pula kesamaan kedua bandit itu: doyan mengisap candu. ***

MALAM itu Babah A Tjip kedatangan dua tamu istimewanya. Sebagaimana biasa, dua orang perempuan mengantarkan tetamu masuk ke bilik. Ada yang aneh dengan sikap Babah A Tjip yang serbagugup. Tapi tetamu itu, Siman dan Misan, tak lantas curiga sebab dua orang perempuan yang kerap menemani mereka, dengan air muka yang wajar, lantas mempersilakan mereka masuk ke bilik dan naik ke bale-bale. Keduanya segera melepas destar, membuat rambut gondrong mereka tergerai ke bantal bale-bale. Dengan berselonjor dan badan dimiringkan, mereka memperhatikan dua perempuan itu serempak menggulung candu menjadi sebesar biji kacang polong, lalu keduanya serempak pula meletakkan bola-bola candu itu ke dalam dua mangkuk pipa opium yang berbeda. Demikianlah Siman dan Misan melambung ke langit ketujuh diterbangkan asap candu dari padudan. Tiba-tiba delapan serdadu polisi yang dikepalai Tuan Huntelaar, mendobrak bilik dan serempak menodongkan bedil. Kejadian itu berlangsung sekedipan mata. Dua lelaki lengah itu segera ditangkap dan diikat kuat-kuat hingga mustahil melepaskan diri. Setelah dihajar hingga babak belur, keduanya lalu diarak ke penjara oleh puluhan serdadu polisi yang didatangkan dari Batavia dan Bogor, yang sejak tadi sudah mengepung pondok opium Babah A Tjip. Selang seminggu, pengadilan Raad Sambang menjatuhkan vonis hukuman mati. Siman dan Misan digantung di pegantungan disaksikan orang-orang yang membenci dan mencintainya. Kanjeng Regent dan para hartawan korban perampokan terkekeh-kekeh menyaksikan mereka melepas nyawa. Sebaliknya orang-orang kecil yang selama ini banyak ditolong, menangis tersedu-sedu. ***

ORANG-ORANG masih ramai membicarakan kematian dua bandit tersohor itu, dan berpikir kini para tuan tanah dan para hartawan bisa tidur nyenyak, dan polisi tinggal mengusut kasus-kasus kecil saja. Beberapa minggu setelah kematian Siman dan Misan, tak ada lagi orang yang tergopoh-gopoh mengadu telah dirampok. Kota telah pulih, pikir Huntelaar. Orang-orang kecil itu akan bekerja seperti sediakala, tanpa banyak menuntut dan patuh pada kebijakan agung cultuurstelsel. Duduk di kursinya, Tuan Huntelaar senyum-senyum sendiri. Hatinya masih dijejali rasa bangga telah meringkus Siman dan Misan. Ia menyeruput kopi yang rasanya lebih nikmat ketimbang berbulan-bulan lalu, waktu seorang mandor datang menghadap. ”Tuan, semalam saya dirampok oleh enam laki-laki bercadar. Mereka bersenjata parang dan pisau dapur,” kata lelaki itu tergopoh-gopoh. Beberapa hari kemudian seorang saudagar datang melapor. Ia mengaku dirampok oleh delapan orang bercadar kain sarung, bersenjata seadanya. Lalu seorang hartawan yang lain mengadu telah dirampok oleh lima orang bertopeng yang gugup. Lalu tuan-tuan tanah dan pemilik perkebunan dan para bekel mengadu pula.

Bapak ku Petani Gurem

Petani gurem ibarat jongos di jaman VOC, hasil panen buah-buahan dan sayuran dipilih yang baik dan dikirim ke kota-kota untuk makanan orang-orang kaya, politikus, pejabat dll. dan dijual/dihargai dengan harga semurah mungkin, subsidi untuk pabrik pupuk sedangkan petani beli pupuk mahal dan langka, mayoritas rakyat kita lebih suka dan bangga produk impor agar supaya buah2an lokal musnah berikut petaninya, apa sih bukti nyata kepedulian terhadap petani ??? ya pemerintah ya rakyatnya ??? hanya dijadikan komoditas politik....mau menunggu sampai lahan pertanian musnah dijadikan pabrik, perumahan, mall dll. BANGUN DARI TIDUR DEH 50 tahun yg akan datang mau makan apa dan dari mana dengan prakiraan laju pertumbuhan penduduk dunia 5 milyar ?????

Duh Kasihan Bapakku...