Pernah gak kamu merasakan kecemasan, semua rasa bersatu menjadi adonan kue yang tak bisa di jelaskan rasanya.. pokoknya nano nano dah, manis asem asin. hanya karena menantikan suatu hari yang kamu rasa sebagai hari yang berwarna,karena akan ada peristiwa yang special bagi dirimu. saya rasa semua orang pernah merasakan itu...
Aku juga demikian..
Kunantikan hari yang bagiku itu bisa memberikan warna bagi hidupku, H2C deh di buatnya. Berharap warna pelagi mucul di barat lagitku dan membut aku tersenyum.
Harapan tak selamanya menjadi kenyataan, dan itupun terjadi pada diriku. Tertawa dan melonjak kegirangan yang rencananya akan aku pentaskan di hari H yang di tunggu-tunggu, menjadi sebuah renungan menekuk kepala mencari kalimat penghibur hati "Sabarlah wahai jiwaku yang sedang berduka, Allah bersama orang-orang yang sabar".
Jiwaku tersakiti, tapi aku berusaha sabar..
Sabar adalah kegigihan kita untuk berada di jalan yang Allah sukai. Sabar ketika sedang diuji sakit, misalnya. Kesabaran seseorang akan tampak dari akhlaq dalam menyikapinya. Tidak jarang orang sakit bicaranya tidak karuan, penuh dengan keluh kesah, emosi. Sungguh sangatlah merugi bagi seseorang yang ketika diuji sakit disikapi dengan emosi. Tetap saja tidak akan menjadikannya sembuh. Lalu bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya?
Ada beberapa sikap sabar yang bisa kita latih disaat kita diuji sakit. Pertama, sikap berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa tubuh ini bukan milik kita melainkan milik Allah. Mau dijadikan sehat, sakit, itu hak Dia. Walaupun berobat ke dokter, tetap saja semuanya ada dalam genggaman-Nya. Dan kita patut menyadari bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakekatnya sudah diukur Allah. Maka biasakanlah untuk mengucapkan, "Inna ilaihi raaji’uun." Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah tempat kita kembali.
Sikap sadar tersebut akan berbuah keyakinan. Yakin bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila tidak ada hikmahnya. Sehingga kita terpanggil untuk mengintospeksi diri. Mungkin saja sakit yang kita derita karena tidak terpenuhinya anggota tubuh kita akibat dari kelalaian. Seperti memforsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tidak menyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.
Sikap sabar yang kedua yang harus dikuasai yaitu sikap menerima ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah. Keluh kesah adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya orang sakit menderita itu bukan karena sakitnya melainkan karena dramatisasinya. Dan itu juga karena kurang bisa menerima ketentuan Allah dan terdorong keinginan untuk dikasihani sehingga orang-orang berempati kepadanya. Oleh karena itu, betapapun parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya.
Sikap ketiga, dengan merenungkan hikmah sakit. Selain sebagai sarana, mengintrospekasi diri juga sebagai pengugur dosa, seperti gugurnya daun dari pepohonan.
Sobat buatlah aku tersenyum..dalam arti yang sesungguhnya.
Hari yang di nanti
Selasa, 30 Desember 2008
Posted by Marsuyadi at 08.22
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar